Awalnya agak ragu memilih buku ini di Gramedia. Tapi, atas dasar nama John Green yang katanya penulis best seller hingga karya-karyanya udah difilmkan. Kenapa nggak dicoba? Tau John Green dari film The Fault in Our Stars, yang menurut gua filmnya memang penuh haru karena kisahnya dari sepasang kekasih yang terkena kanker. Terus buku John Green lain yang udah difilmkan lainnya adalah Paper Towns yang menurut gua, biasa banget. Sebelum beli, gua biasanya ngecek dulu di google terkait rating ini buku. Dengan rating 4.1/5 versi Goodreads dan 4/5 versi Common Sense Media, gua kira buku ini layak untuk gua baca meskipun di sinopsisnya.
Secara singkat, novel ini menceritakan tentang Miles Halter, cowok kurus yang suka sama kata-kata terakhir orang yang meninggal tapi nggak suka olahraga. Dia pindah ke sekolah asrama Culver Creek dan sekamar dengan Chip “The Colonel” Martin. Chip adalah orang yang mengenalkan dua kubu di asrama tersebut, kelompok biasa dan kelompok Weekday Warrior –para orang-orang kaya. Kemudian The Colonel membuat nama panggilan baru untuk Miles, yaitu Pudge. Pudge dikenalkan dengan Takumi –orang Jepang dan Alaska Young. Alaska Young digambarkan seperti perempuan seksi yang mempesona tapi sangat jail dan moody, juga misterius.
Di bagian awal novel ini nggak terlalu menarik untuk dibaca. Tapi ketika dipaksain buat baca, lama-lama lumayan seru karena Pudge waktu baru masuk ke Culver Creek dikerjain sama Weekday Warrior dengan dicempulingin ke danau dengan lakban yang menempel seperti mumi, udah kaya hampir mati tapi untung dia mengapung dan berhasil pulang. Kehidupan high school yang memang berbeda banget dengan Bogor, Indonesia –tempat tinggal gua. Tapi memang di setiap film dari luar negeri high school disana banyak penyimpangan yang sudah biasa terjadi kaya ngerokok, minum alkohol, bullying, depresi dan lain sebagainya. Dan novel ini sama seperti itu, Alaska, The Colonel dan Takumi hobi banget ngerokok di hutan yang sudah berada diluar sekolah yang mereka sebut Lubang Merokok, mau tak mau Pudge mulai ikut merokok dan minum alkohol yang lama-lama ia rasa itu menyenangkan.
Novel ini mudah dipahami dan memang gua bacanya versi bahasa Indonesia wkwkwk. Alurnya menyenangkan tapi kadang membosankan juga. Dan setiap bagian dalam novel ini selalu ada judul yang menghitung mundur hari sebelum kejadian dan sesudah kejadian. Gua sambil baca sambil berpikir kejadian apa yang membuat semuanya berubah. Karena judulnya Looking for Alaska jadi gua berpikiran kalau Alaska itu menghilang dengan meninggalkan jejak dan mungkin nanti tiba-tiba kembali. Tapi, nyatanya yang John Green pinter yha, Alaska bukan hilang tapi meninggal. Dia meninggal dalam kecelakaan tunggal setelah menabrak mobil polisi.
The Colonel dan Pudge ada saat Alaska uring-uringan berkata dia harus pergi saat itu, dini hari. Dan memerlukan pertolongan mereka untuk mengalihkan perhatian si Elang, alias Mr. Starnes. Mereka terpaksa membiarkan Alaska pergi dalam keadaan mabuk. Setelahnya menyesal. Kematian Alaska menjadi tamparan keras bagi The Colonel dan Pudge yang saat itu membantunya keluar dari lingkungan kampus. Pudge, yang sebelumnya menjadi pacar sehari Lara, berubah dengan mengabaikannya setelah kematian Alaska. Sebelum Alaska pergi malam itu, Pudge memang sempat make out bersama Alaska. Dari awal memang Pudge menyukai Alaska –yang berpacaran dengan Jake. Itulah yang membuat Pudge lebih tertampar karena tidak akan bisa melakukan hal menyenangkan lagi bersama Alaska yang baru beberapa bulan dikenalnya.
Banyak bumbu-bumbu yang membuat novel ini tidak membosankan sehingga akhirnya gua habiskan. Seperti tentang buku yang dibaca Alaska, menceritakan tentang seseorang yang berada di dalam sebuah labirin dan berpikir keras untuk keluar dari labirin itu. Awalnya Alaska yang menceritakan ini bersama Pudge, menganggap labirin adalah keadaan hidup dan keluar dari labirin adalah keadaan mati. Tapi ternyata labirin itu adalah sebuah perumpamaan dari penderitaan yang ada dalam kehidupan sehingga setiap orang memiliki cara sendiri untuk keluar dari labirin.
Alaska mempunyai seorang ibu penyayang yang meninggal kejang-kejang karena pendarahan otak di depan dia sendiri. Alaska hanya berteriak-teriak tanpa melakukan sesuatu seperti meminta pertolongan atau menelpon 911. Sehingga ibunya tidak bisa diselamatkan, ayahnya pun terkesan menyalahkan Alaska atas tindakannya yang tidak berguna. Alaska memang shocked dan saat itu masih kecil. Hingga ia hidup dengan penderitaan itu –menurut gua. Penderitaan yang membuat dirinya menjadi menyalahkan diri terus menerus jika ada sesuatu yang terjadi. Bagi gua, dengan beberapa hint yang ada di dalam novel, Alaska seperti depresi. Karena dirinya ceria tapi misterius, jail tapi terkadang selalu ketakutan, suka seks tapi seperti menjadikan Jake sebagai alasan, dan sikap moody serta temperamental yang meyakinkan gua kalo dia benar-benar depresi.
Yang awalnya berpikir kalau Alaska meninggal karena kecelakaan, lalu lambat laun Pudge, The Colonel, dan Takumi beranggapan bahwa Alaska meninggal karena bunuh diri. Karena dia tidak menghindar ketika ada mobil polisi di depannya dan dalam keadaan mabuk seperti itu tidak mungkin dapat menyetir dengan baik. Sampai akhir cerita itu masih sebatas spekulasi, sampai akhirnya udah direlakan aja apa yang sebenarnya ada dalam benak Alaska waktu itu. Yang menjadi tujuan Alaska pada dini hari itu adalah makam ibunya. Setiap hari peringatan kematian ibunya, Alaska selalu menyempatkan untuk mengunjungi dengan membawa bunga putih. Tetapi hari itu, Alaska lupa. Sehingga terlihat buru-buru untuk pergi. Sebenernya udah gua pikirin juga sih kemungkinan itu.
Bumbu-bumbu lain dari novel ini adalah pemikiran Pudge tentang orang yang meninggal dua kali. ”Suatu hari nanti, tak seorang pun akan ingat bahwa Alaska pernah ada. Atau bahwa aku juga pernah ada. Karena kenangan juga musnah. Dan setelah itu tak ada yang tersisa bagimu, selain hanya bayangannya. Pada awalnya Alaska menghantuiku, menghantui mimpi-mimpiku. Tapi bahkan sekarang, hanya beberapa minggu setelahnya, ia menyelinap pergi, musnah dalam ingatanku dan ingatan semua orang, meninggal lagi” Gua suka banget tulisannya, karena memang benar, orang-orang yang sudah meninggal akan dikenang kebaikannya dan yang mengenalnya akan tertampar dan disadarkan kalau mereka menyayanginya. Setelah waktu berjalan, orang-orang akan lupa meskipun itu adalah orang-orang terdekat. Meninggal secara jasmani, lalu meninggal secara rohani.
Buat kalian, yang suka baca novel ringan tapi lumayan meaningful, bisa baca novel ini. Ringan karena ini berkaitan dengan kehidupan remaja yang masih ababil, penuh masalah yang memang mereka buat sendiri. Dan bagi gua, mungkin lebih bagus dijadikan film meskipun kasusnya agak mainstream dan udah banyak yang seperti ini atau mungkin memang kehidupan high school terkesan disitu-situ aja kasusnya.
Comments
Post a Comment