Ini adalah novel
karya Ahmad Tohari yang pertama gua baca, dipinjemin sama chairmate gua semasa
SMA kelas X waktu ketemuan setelah sekian lama tidak bertemu. Dia bilang kalau
novelnya bagus dan tentang kehidupan sehari-hari dan bacaannya ringan. Well,
memang setelah gua baca novelnya sesuai dengan yang dia bilang, bahasa yang
digunakan sederhana dan ngangkat tema sehari-hari, yang membuat berbeda adalah
ini kumpulan cerpen tentang kehidupan sehari-hari dari kalangan orang-orang yang
di kampung tempat tinggalnya. Dan dari sinilah, gua pengen mencari novelnya
yang lain. Berikut adalah rangkuman
dari beberapa cerpennya.
- Senyuman Karyamin
Cerita tentang Karyamin yang banyak utangnya karena setiap hari
istrinya selalu didatengin macem makelar gitu di rumahnya, dua penagih utang
dari bank. Pekerjaannya ngangkut batu kali, tapi kerjaannya yang terakhir masih
belum dibayar. Saat itu, Karyamin digambarkan sedang mengalami pusing yang amat
sangat ditambah perutnya yang lapar. Dan memutuskan untuk istirahat di warung
langganannya, dia tetap menolak meskipun ditawari makanan meski dengan utang.
Dia lelah dan lebih memilih untuk pulang dibanding menambah utang. Sesampainya
di rumah, dia melihat pengurus kampungnya datang untuk meminta sumbangan untuk
orang-orang Afrika yang kelaparan karena hanya Karyamin yang belum nyumbang.
Terus dia tersenyum lama kelamaan tertawa keras sampai pingsan akhirnya. See
the point? Ini menurut gua bagus banget. Ironi. Disaat dia kelaparan dan
menolak untuk menambah utang makanan, dia justru disuruh nyumbang. Padahal
keadaan dia juga butuh sumbangan, kenapa harus jauh-jauh melihat Afrika jika di
sekitar kita juga membutuhkan.
- Jasa-jasa buat Sanwirya
Cerita tentang Sanwirya yang sekarat karena jatuh dari pohon kelapa.
Teman-temannya justru merencanakan asuransi jiwa tapi itu rencana untuk
membunuhnya dengan ubi kayu yang beracun. Mungkin biar asuransinya bisa ngasih
uang karena jaminan kematian. Entahlah gua gapaham, tapi ini sebuah ironi lagi
karena mereka, yang notabene adalah temen-temennya, tega ingin melakukan hal
seperti itu. Sampai akhirnya Sanwirya meninggal saat mereka sedang membicarakan
hal itu. Salah satu temannya pun jatuh pingsan karena terlalu kaget.
- Si Minem Beranak Bayi
Ceritanya berlatar di jalanan kampung, Kasdu yang sedang menuju
rumah mertuanya. Kasdu belum genap berumur dua puluh tahun, tapi sudah punya
istri bernama Minem berusia empat belas tahun. Kasdu hendak memberitahu ke
mertuanya bahwa Minem sudah melahirkan meski bayinya premature. Ironi lagi dan
lagi. Karena di kampung-kampung pelosok gitu, yang masih sangat minim
pengetahuan, dan sangat mengedepankan keturunan jadi banyak yang menikah
dibawah umur. Yang lebih miris lagi, di akhir cerpen, bapaknya Minem bangga
karena adiknya yang baru dua belas tahun udah dipinang lagi, dibilang ‘laku’
anaknya. Dan usia ibunya Minem baru dua puluh sembilan tahun L
- Surabanglus
Surabanglus adalah nama singkong beracun. Ceritanya tentang Suing
dan Kimin yang kelelahan karena dikejar polisi hutan. Mereka masuk secara
illegal, semacam masuk dari calo gitu. Suing kelelahan dan hampir makan
singkong beracun itu. Lalu Kimin mencegah dan ngebopong dia. Tapi, karena Kimin
lebih pendek jadi tidak kuat. Akhirnya Suing diminta untuk menunggu Kimin, dan
Kimin lari untuk bawa minuman sama makanan buat dia. Setelah lari-lari dan
mengisi tenaga di warung terdekat, Kimin kaget ketika Suing masih lemas padahal
udah dikasih minum. Taunya, Suing makan surabanglus yang seharusnya gak boleh
dimakan. Ironi, lagi dan lagi. Kebayang gak sih? Ketika lu memang lagi terkapar
hampir mati lemas, dan satu-satunya yang ada disana adalah singkong mematikan.
Dan lu lebih memilih makan singkong itu meski ada dua kemungkinan untuk
meninggal keracunan atau berhasil selamat, dibanding lu membiarkan diri lu mati
kelelahan.
- Tinggal Matanya Berkedip-Kedip
Tentang kerbau bernama si Cepon yang binal mendadak terus susah
diatur dan gak bisa untuk bajak sawah. Akhirnya dipanggil pawang namanya Musgepuk.
Dua hari setelahnya, kerbau itu rubuh di sawah dengan hidung yang terus menerus
mengeluarkan darah, tubuhnya udah gak bisa bergerak. Yang gua suka, kata-kata
terakhir di cerpennya. “Musgepuk jadi tak berdaya setelah Cepon rubuh dan tak
mau melawannya. Dia, Musgepuk, telah kehilangan motivasi. Seorang pawang baru
mempunyai makna bila dia berdiri di belakang seekor kerbau yang tetap tegar dan
mau bekerja sama. Di hadapan mata kerbau yang hanya bisa berkedip-kedip,
Musgepuk kehilangan arti dan nilainya. Dia bukan apa-apa.” Bagus banget
kalimatnya.
- Ah, Jakarta
Cerita yang bikin kita setelah baca ini pengen langsung bilang “Ah,
Jakarta” berulang-ulang kali. Cerita tentang orang yang kedatangan sahabat
karibnya, yang ternyata udah gak jadi supir tapi pencuri. Sahabat karibnya datang
dengan luka-luka. Esoknya, sahabat karibnya pergi tanpa pamit. Setelah
seminggu, sahabat karibnya itu ditemukan meninggal dunia, terapung di sungai.
Tidak ada yang mau membantu menguburkan, jadi dia menguburkan seorang diri.
Miris banget. Ditambah keadaan sahabat karibnya yang memang sudah tidak ada
tujuan hidup lagi. Dia diceraikan istrinya, anak-anaknya tinggal bersama
istrinya, dia hidup di Jakarta tapi justru kecelakaan saat sedang mencuri.
Jakarta, memang digambarkan begitu keras di dalam cerpen ini, begitupun
kenyataannya. Banyak banget pressure yang memang ada di setiap beluk Jakarta,
gua merasa Jakarta itu seperti lelah. Karena masalah yang terjadi seperti tidak
ada habisnya
- Blokeng
Blokeng,
adalah nama seorang wanita yang hamil di luar nikah di kampungnya. Karena tidak
ada seorang pun tahu Blokeng dikawini oleh siapa, maka setiap perkataan Blokeng
mengenai ciri-ciri yang mengawininya, orang-orang di kampung langsung melakukan
hal yang sebaliknya. Misalnya, Blokeng bilang yang mengawininya memiliki
rambut, esoknya mereka semua mencukur rambutnya sampai tidak bersisa. Ironi
lagi dan lagi, karena mereka hanya mementingkan diri mereka agar tidak
dicurigai sebagai orang yang mengawini Blokeng. Mereka hanya melihat dosa besar
yang dilakukan Blokeng hingga menganggap Blokeng adalah seseorang yang hina.
Banyak memang kasusnya di real life, bahkan sampai dikucilkan dan segala
macemnya. Well, bagi gua kadang itu semua gak perlu dilebih-lebihkan, meskipun
itu salah tapi kita gak perlu ngejudge orang berlebihan bahkan nyinyir kesana
kemari. Hukuman sosial memang keras ya.
Comments
Post a Comment